Alhamdulillah setelah sekian lama Jakarta kering kerontang,  kini mulai diberikan hujan walapun intensitasnya terkadang hanya beberapa tetes. Setidaknya tanaman di rumah mendapatkan air dan rumah terasa adem.

Musim hujan,  biasanya identik dengan adanya beberapa titik genangan air atau biasa kita kenal dengan banjir. Beberapa lokasi memang dikenal dengan daerah yang rawan banjir,  termasuk rumah saya sendiri karena posisinya dekat dengan kali.

Akibat berkurangnya lahan hijau dan penebangan pohon karena terkena pembangunan salah satu transportasi masal yang sedang dalam tahap pengerjaan,  membuat kami sekeluarga merasakan genangan air semata kaki tahun lalu.

Mengantisipasi hal tersebut,  selain dengan meletakan posisi barang elektronik dengan posisi yang lebih tinggi,  juga tentunya dengan menjaga kebersihan sekitar rumah dengan rutin melakukan kerjabakti membersihkan area dekat kali dan selokan air sehingga aliran air lancar.

Dampak buruk akibat kerusakan lingkungan semakin lama semankin mengkhawatirkan. Musibah, seperti banjir, longsor,  letusan gunung berapi, kebakaran hutan,   gempa bumi,  tsunami,  angin puting beliung,  selain penyebabnya karena faktor alam ada juga yang penyebabnya karena ulah manusia misalnya banyaknya penebangan liar, membuang sampah sembarangan. 

Penebangan hutan secara liar,  mengakibatkan terancamnya kelestarian satwa dan tumbuhan,  hutan gundul dan berkurangnya lahan untuk penyerapan air dan penyaring udara dari polusi udara yang selama ini terjadi.

Polusi udara, pencemaran air, kerusakan tanah, penggundulan hutan, banjir, dan kekeringan juga sudah sering sekali kita dengar . Karena itu sudha saatnya kita kembali bergerak dan sadar lingkungan bahwa penting sekali untuk kita  untuk ikut melestarikan lingkungan,  yang bisa di mulai dari diri sendiri dan keluarga.

Kebutuhan perumahan, mall, jalur transportasi yang  semakin menyebabkan ruang terbuka hijau semakin berkurang semakin sempit dan terbatas.

Sayapun tidak mau ketinggalan untuk berbenah kembali sadar akan lingkungan yang sehat dengan cara mulai menanam pohon, rumput dan tanaman di pekarangan rumah,  walaupun tidak berhektar-hektar tapi setidaknya menyediakan area hijau di rumah untuk menghasilkan oksigen dan berfungsi sebagai tempat penyerapan air.

Dok : Captured by me

Dok : Captured by me

Dengan menanam 1 pohon, kita telah berpatisipasi dalam penghijauan untuk menyelamatkan lingkungan hidup.

Pohon bisa menyerap karbondioksida , menyerap dan menyimpan air hujan untuk mengantisipasi banjir, dan menambahkan jumlah air tanah.

Pohon dapat membantu menyerap CO2, karena CO2  buruk bagi kesehatan misalnya stroke, kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan akut tapi baik untuk proses  fotosintesis tumbuhan yang terjadi di daun.

Polusi bisa berasal dari asap  kendaraan pribadi, kendaraan umum,  aktivitas pabrik.

Ternyata salah satu pohon yang memiliki kemampuan cukup baik menyerap polusi adalah pohon Trembesi. Sudah saatnya kita ikut melakukan konservasi alam melalui tanam pohon.

Pohon Trembesi

Pohon Trembesi berasal dari Amerika ini mempunyai manfaat besar untuk lingkungan. Dipercaya bisa mengurangi dampak pemanasan global (Global Warming).

Dok : @ agunghan

Pohon ini  dikenal “bandel” karena mudah dan cepat tumbuh.

Namanya juga berbeda-beda lho seperti di Jawa Barat atau Sunda disebut Ki Hujan,  Melayu disebut Kayu Ambon,  di disebut dengan Munggur, Punggur, ataupun Meh. Di Malaysia, disebut pohon pukul lima, di Thailand dipanggil jamjuree, di Vietnam adalah Cay mura.

Dalam bahasa Inggris pun, disebut East Indian Walnut,  Rain Tree,  Saman Tree, Acacia Preta, False Powder Puff.

Namun, dunia internasional sepakat menyebut pohon ini Samanea Saman atau Albizia Saman, di Indonesia dikenal sebagai Trembesi.

Pohon ini masuk ke  kategori tanaman yang cepat tumbuh, bisa tumbuh 75 cm hingga 150 cm  dalam satu tahun.

Pohon ini pun bisa tumbuh setinggi 15 hingga 25 meter, dan tergolong tanaman “bandel”, karena bisa bertahan hidup di negara yang memiliki musim kering hingga 4 bulan dengan kisaran suhu 20 hingga 38 derajat Celcius.

Trembesi memiliki karakter daun yang tebal dan mampu untuk menyerap karbondioksida lebih tinggi dibanding pohon lainnya.

Trembesi bisa menyerap 28,5 ton karbondioksida/pohon/tahun. Jauh lebih banyak dibanding Akasia yang menyerap 5,3 ton karbondioksida/pohon/tahun, sementara Kenanga menyerap 0,8 ton karbondioksida/pohon/tahun.

Trembesi merupakan salah satu tanaman pelindung berbentuk payung dengan kanopi lebih besar dari tingginya.

Pohon trembesi mempunyai julukan rain tree karena pohon ini sering meneteskan air dari tajuknya yang disebabkan kemampuannya menyerap air tanah lebih banyak.

Saat musim hujan, pohon ini bermanfaat sebagai pencegah erosi karena trembesi akan memperlambat laju air hujan yang jatuh ke tanah.

Trembesi juga sering digunakan sebagai tanaman pelindung atau peneduh sebab mampu menyerap karbon dan polutan lebih tinggi

Selain itu, trembesi memiliki banyak manfaat kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Hartwell (1967-1971) akar trembesi dapat digunakan sebagai tambahan obat pencegah kanker dengan menambahkannya saat mandi air hangat.

Ekstrak daun trembesi menghambat pertumbuhan Mikrobakterium tuberculosis (Perry 1980) penyebab sakit perut. Selain itu, trembesi dapat digunakan sebagai obat  flu, sakit kepala, dan penyakit usus (Duke dan Wain, 1981).

Bentuk batang trembesi tidak beraturan dengan dengan daun majemuk yang panjangnya sekitar 7-15 cm. Pohon ini menghasilkan bunga berwarna putih dengan bercak merah muda di bagian bulu atasnya.

Panjang bunga  trembesi mencapai 10 cm dari pangkal hingga ujung hulu bunga. Selain itu, bunga trembesi menghasilkan nektar untuk menarik serangga guna membantu proses penyerbukan.

Buah trembesi berwarna cokelat kehitaman ketika sudah masak. Tanaman ini berkembang biak dengan menghasilkan biji yang terdapat pada daging buah.

Perkembangbiakan trembesi dapat dilakukan berbagai cara, seperti pembibitan, pemotongan dahan, ranting dan pencangkokan batang. Untuk skala besar bisa dilakukan dengan cara perkecambahan biji dan pembibitan biji.

Biasanya, menanam biji trembesi dilakukan pada musim hujan. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium guna mengikat nitrogen dari udara.

Kandungan 78 persen Nitrogen di udara membuat trembesi mampu bertahan hidup di lahan-lahan marjinal hingga lahan-lahan kritis, seperti lahan bekas tambang. Bahkan, trembesi bisa bertahan pada tanah dengan tingkat kesamaan tinggi dan kering.

Tak hanya menyerap polusi, daun trembesi yang sensitif terhadap cahaya dan mampu menutup secara bersamaan dalam cuaca mendung, membuat air hujan dapat menyentuh tanah di bawah pohon.

Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, trembesi yang memiliki daya serap air yang baik mampu mencegah air meninggi di atas permukaan tanah atau banjir.

CARA TANAM TRAMBESI :

Trembesi termasuk pohon yang penanaman dan perawatannya tidak “rewel”.

Penanaman pohon trembesi dapat dilakukan kapan pun asalkan perawatannya dilakukan dengan benar.

Penanaman trembesi sebaiknya dilakukan di area terbuka luas dan jauh dari kompleks perumahan.

Sebelum menanam bibit pohon trembesi, pastikan lahan yang diperlukan cukup luas untuk durasi penanaman jangka panjang.

Diameter dan kedalaman lubang yang harus disiapkan, yaitu 60 sentimeter (cm).

Untuk jarak tanam antarpohon trembesi yang ideal adalah 15 meter. Jarak ini dipertimbangkan agar  pohon bisa tumbuh optimal.

Penanaman trembesi tergolong mudah. Setelah trembesi memasuki masa ideal tanam (sekitar 14 hari sejak setelah proses pembibitan), lakukan pemupukan dasar tanam ke dalam lubang yang sudah disiapkan.

Setelah itu, masukkan bibit trembesi yang sudah dipindahkan ke polybag ke dalam lubang. Kemudian, tutup kembali dengan campuran tanah dan pupuk kendang. Siapkan bambu untuk menyanggah pohon agar pertumbuhannya simetris dan kuat. Siram pohon sekali lagi sebagai penutup proses penanaman.

Lakukan penggemburan tanah sekitar pohon secara berkala sebelum melakukan penyiraman.

Rawat cabang pohon agar trembesi dapat tumbuh optimal dan menjadi pohon peneduh.

Disarankan, untuk memotong dahan trembesi pada awal masa pertumbuhan dan jaga agar trembesi dapat tumbuh tanpa cabang saat menyentuh ketinggian 4 meter awal.

Djarum Trees For Life

Seneng banget ternyata sejak 2010, Djarum Trees For Life melakukan gerakan penghijauan di Pulau Jawa melalui program penanaman trembesi di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah.

Jalur Pantai Utara selalu dipadati  kendaraan, mulai dari kendaraan roda dua, mobil,  truk muatan, yang  melintas  setiap hari.

Djarum Trees For Life juga berkomitmen untuk merawat Trembesi selama tiga tahun.

Akhirnya Djarum Foundation akhirnya menghijaukan kondisi jalur jalan di Jawa Tengah, yang meliputi Semarang – Bawen – Lingkar Ambarawa – Magelang – Lingkar Yogyakarta – Solo – Boyolali – hingga Salatiga.

Telah berhasil tertanam sebanyak 10.576 Pohon Trembesi darintarget awal 10.000 di seluruh jalur Joglosemar sepanjang 261 KM.

Saat ini Djarum Trees For Life sudah berhasil menanam Trembesi di sepanjang 2,150 KM yang terbentang di Pantura, Lingkar Madura, Kualanamu Medan, Joglosemar, Lombok dan Tol Cipali.

Djarum Trees For Life memiliki misi menanam pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Djarum Trees For Life merupakan Bakti Lingkungan Djarum Foundation yang terbentuk pada 1979.

Awalnya penghijauan di kota Kudus, kini  telah menanam lebih dari 2.000.000 pohon, 2.150 KM jalur Jawa, Madura, Lombok dan Sumatera telah ditanami trembesi,600.000 + mangrove telah ditanam di Pantai Utara Jawa Tengah, 72.800 + ragam jenis tanaman telah ditanam di Gunung Muria.

Pusat pembibitan tanaman juga didirikan untuk mendukung program penanaman trembesi, konservasi di sekitar pantai dan juga konservasi demi masa depan lingkungan yang tentunya lebih baik.

Program :

Perangi Polusi Dengan Trembesi

Pada 2010, Djarum Trees For Life memprakarsai gerakan penghijauan di Pulau Jawa melalui program penanaman trembesi di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah untuk menekan polusi.

Jarak (km) 2.150 km
Potensi serapan karbon (ton/tahun) 2.700.803
PUSAT PEMBIBITAN
Pabrik Tanaman Untuk Masa Depan

Djarum Foundation membangun Pusat Pembibitan Tanaman (PPT)  diatas tanah 4 hektar  untuk pelestarian melalui penyemaian, bibit di Kudus pada 1979, melalui program Djarum Trees For Life. Lembaga ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan bibit berkualitas sekaligus menjaga dan merawat tanaman langka .

Disini, pohon trembesi disebar di utara Pulau Jawa dan lingkar Madura juga Biji kopi, cengkih dan beberapa tanaman buah untuk konservasi Lereng Gunung Muria juga berasal dari PPT.

Melestarikan tanaman langka memang menjadi satu dari sekian komitmen Djarum Foundation.

Di antara tanaman langka yang dimiliki pusat pembibitan ini adalah, tanaman botol, nagasari, bangkongan, juwet biasa, ulin, kawista, kesambi, lilin, mundu, mawar gunung dan maduka.

Pusat pembibitan yang terletak di kawasan perindustrian Djarum OASIS di Desa Gondongmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus ini memiliki koleksi lengkap dari has pencarian dan sumbangan masyarakat.

Pembibitan Sendiri oleh Masyarakat

Pembibitan tanaman bisa juga kita lakukan, kita yang terinspirasi bisa mulai mencoba.

METODE PEMBIBITAN :

GENERATIF : perbanyakan tanaman melalui biji

DEGENERATIF : Teknik perbanyakan tanaman tanpa melalui  biji , yaitu penempelan, penyambungan, stek, cangkok.

Membangun PPT sebagai pemasok kebutuhan penghijauan dan konservasi lewat program Djarum Trees For Life adalah tindakan nyata untuk menghindari kerusakan lingkungan.

KONSERVASI ALAM

Cegah Abrasi dan Erosi Lewat Konservasi

Pengabdian Djarum Foundation dibuktikan melalui konservasi, dari lereng hingga pesisir.

Djarum Trees For Life melakukan diantaranya Konservasi Lereng Muria dan Konservasi Pantai Utara Jawa Tengah.

Pelestarian di Lereng Muria

Konservasi di Lereng Gunung Muria sejak 2006 dan rutin  dua kali dalam satu tahun.

Konservasi Lereng Muria  wajib dilaksanakan untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup di tiga kabupaten, yakni Kudus (Selatan), Pati (Timur), dan Jepara (Barat Laut).

Zona konservasi meliputi Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup di Lereng Muria.

Kawasan ini adalah daerah tangkapan air bagi Kabupaten Kudus, untuk persediaan air bersih. Hingga 2017,  lebih dari 72.800 pucuk pohon ditanam untuk konservasi di Lereng Muria.

Konservasi Pantai Utara Jawa

Djarum Trees For Life juga melakukan konservasi di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah karena abrasi pantai akibat perusakan hutan mangrove di Jawa Tengah diperkirakan sudah mencapai 90 persen (sekitar 5.400 hektare) dari total hutan mangrove yang ada di Pantai Utara Jawa Tengah.

Kerusakan tersebut terjadi di enam kabupaten, yakni Brebes, Kodya Tegal, Kendal, Batang, Kodya Semarang, Demak, Pati, Jepara, dan Rembang.

Untuk mencegah abrasi yang lebih buruk dan mengurangi jejak karbon, Djarum Trees For Life melaksanakan konservasi hutan mangrove. Sejak 2008 hingga 2017, di kawasan konservasi Pantai Utara Jawa Tengah telah berhasil ditanam lebih dari 600.000 pohon mangrove.

Mangrove adalah jenis tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mencegah keberlanjutan abrasi, fisik mangrove – termasuk buah dan batangnya, berperan penting bagi keberlangsungan hidup manusia, alam dan satwa di sekitarnya.

Sifat defensif mangrove dapat mengurangi tinggi run-up tsunami atau potensi ketinggian air mencapai daratan yang diakibatkan oleh serangan tsunami.

Kehadiran hutan mangrove juga melindungi ekosistem mahluk hidup. Banyak jenis satwa yang mendapat makanan dan perlindungan dari setiap pohon mangrove.

Karena itu usaha penanaman mangrove di area pantai perlu dianggap sebagai langkah penting untuk menjaga kelestarian alam yang lebih luas.

Bagi Djarum Trees For Life, upaya menghadirkan kembali hutan mangrove di kawasan Pantai Utara adalah satu dari banyak rencana strategis yang akan terus diupayakan demi terciptanya kondisi lingkungan hidup lebih baik di masa depan.

Jadi siapkan lahan tuk menanam Pohon Trambesi.

Ref :

djarumtreesforlife.org