Untuk pertama kalinya melihat tembok lapas dari dekat, bangunan yang menjulang tinggi dengan tingkat penjagaan yang ketat. Masih dalam rangka memperingati Hari Aids Sedunia 2018, Kemenkes RI melakukan blogger gathering dengan tema “Saya Berani, Saya Sehat”di Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta , Jalan Raya Bekasi Timur.
Hadir dalam acara ini nara sumber dari Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta diantarnya Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kemenkes, dr. Wiendra Waworuntu. Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Lili Sujandi. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta, Asep Sutandar. Koordinator Poliklinik Lapas Narkotika Jakarta, Dr Yusman Akbar. dan Wesli Perwakilan ODHA (Orang Dengan HIV – AIDS) dari Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Narkotika Jakarta, dan Dr. Wiendra Waworuntu , MKes Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung yang menyampaikan Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan PIMS.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta, Asep Sutandar mengatakan warga binaan kasus narkotika di lapas saat ini sudah berjumlah 2.453 orang sampai 17 Desember 2018, sedangkan kapasitasnya sendiri hanya 1080 dan telah terjadi over kapastitas mulai dari pembinaan, pengayaan kesehatan , sarana prasanan terbatas, dan sarana kesehatan. Namun lapas selalu berusaha lebih meningkatkan Layanan Kesehatan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Khususnya yang terinfeksi Virus HIV – AIDS.
“Lapas memiliki Komitmen untuk dapat memberikan pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di seluruh Indonesia secara Maksimal. Screening kepada 404 ODHA Warga Binaan Pemasyarakatan di Seluruh Indonesia telah dilakukan, diharapkan Lapas dan Rutan dapat menjadi Inspirasi bagi Masyarakat Luar dalam penanganan terhadap ODHA” ujar Lilik Sujandi, selaku Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi Ditjenpas.
Sejak tahun 2003 petugas di Lapas mulai belajar mengenai HIV kerjasama dengan Kemenkes, misalnya dalam melakukan screening tahanan beresiko, penyediaan pendampingan langsung, kerjasama dengan berbagai pihak untuk penyediaan ARV, penanganan HIV, pengetahuan mengenai tidak bolehnya
diskriminasi oleh petugas lapas mulai dari fasilitas, pembinan dan kemandirian.
Dr. Yusman Akbar selaku Koordinator Poliklinik Lapas Narkotika Jakarta, menyampaikan “Tahun 2005 kematian Warga Binaan Pemasyarakatan di dalam Lapas di Indonesia mencapai angka kematian 90 Orang / Tahun akibat HIV AIDS. Kami terus bekerjasama dengan Kemenkes untuk mencari Solusi. Lapas Narkotika Jakarta sebagai “Satelit”, karena dapat menekan mata rantai Penularan, Tidak terjadi infeksi baru di dalam Lapas, dan Zero Kematian akibat HIV AIDS. Ini menjadi dorongan bagi tim Dokter untuk selalu mengupdate ilmu.
Banyak hal yang telah dilakukan Kemenkes terhadap lapas diantaranya mengenai pengetahuan terapi untuk orang yang terinfeksi hiv dan obat-obatan ARV, program layanan, pelayanan petugas kesehatan mulai dari perawat, dokter mengenai HIV, mendapat pelatihan bersertifikasi dari RS. Dharmais, logistik pengadaan obat obatan HIV dan pendamping ODHA.
Karena itu semua sejak tahun 2008 angka kematian ODHA menurun menjadi 30/tahun , dan 2018 ini hanya 3 orang/tahun.
HIV AIDS
Perlu kita sosialisasikan ke masyarakat bahwa HIV hanya menular melalui hubungan seksual, berbagi jarum suntik, ibu hamil positif HIV. Ciuman, pelukan, penggunaan WC bersama, sentuhan, alat makan, gigitan nyamuk, dan tinggal serumah tidak akan menularkan HIV dan AIDS.
HIV Tidak Mudah Menular, Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya
HIV sama dengan penyakit kronis lainnya yang bisa kita kendalikan , seperti diabetes dan hipertensi . Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) bisa memulai terapi ARV, saat terdiagnosis HIV.
YUK CEGAH HIV
- Tidak berganti-ganti pasangan
- Mengikuti program pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak
- Skrining donor darah dan organ tubuh
- Tidak memakai narkoba
- Menerapkan kewaspadaan standar (bagi petugas kesehatan)
Cara untuk mendeteksi HIV adalah melalui pemeriksaan darah (antibodi HIV dalam darah)
HIV
HIV itu ada obatnya yaitu ARV ( ANTIRETROVIRAL)
ARV menjaga ODHA tetap produktif dan mencegah infeksi baru
Estimasi ODHA di Indonesia tahun 2018 ini jumlahnya 640.443 dan jumlahnya semakin menurun dari tahun 2017
PERAN KEMENTRIAN KESEHATAN DI INDONESIA
Kementrian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya menurunkan tingkat HIV AIDS di Indonesia setiap tahunnya diantaranya melalui pengenalan ARV di tingkat Lapas II Narkotika.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN ODHA :
Banyak faktor yang membuat ODHA malu untuk memulai terapi ARV, mulai dari persepsi mengenai sakit HIV, kondisi, beban, faktor lain, performa lainnya, stigma, hambatan finansial, aksesibilitas, pasokan ARV, seperti :
- Merasa sehat, tidak sakit
- Merasa tidak nyaman dengan efek samping ARV
- Merasa berat minum ARV setiap hari, seumur hidup
- Berat untuk selalu check up
- Bosan
- Tergiur mengkonsumsi NAPZA lagi
- Adanya petugas kesehatan yang masih melakukan diskriminasi saat tahu menderita HIV
- ODHA takut dikucilkan oleh masyarakat sekitar saat tahu terdeteksi HIV
- Jarak ke tempat layanan jauh
- Jam layanan tidak sesusi dengan jam kegiatan lain
- Terkendala BPJS
STOP SUKSESKAN PROGRAM HIV AIDS
Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan
- Masyarakat Indonesia paham HIV
- 90% ODHA tahu statusnya
- 90% ODHA mendapat ART
- 90% ODHA yang ART tidak terdeksi virusnya
TARGET 3 ZERO INDONESIA :
- Zero New HIV Infection (0% yang terinveksi HIV)
- ZERO AIDS Related Death (0% Kematian HIV AIDS)
- ZERO Discrimination (0% pembedaan terhadap ODHA)
Saat ini Kementrian Kesehatan mengenai Kampanye ARV # “Ada Obat Ada Jalan” melalui media iklan baik cetak, eletronik dan media sosial .
# “Ada Obat Ada Jalan”
Sebuah kampanye HIV bahwa dengan meminum obat ARV berarti adanya kemauan kuat untuk membuka hidup bagi ODHA, membuka jalan untuk hidup sehat, yang akhirnya ODHA akan beraktivitas seperti biasa dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bermanfaat.