Indonesia memiliki keanekaragaman warisan budaya, seperti salah satunya kegiatan Kenduri Nusantara di Kota Pati yang dilakukan 9 Maret 2018, dan diisi dengan berbagai kegiatan.
Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya.[1] Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.[1]
Dalam praktikya, kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang yang dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian dibidang tersebut.
Kenduri Nusantara Pati kali ini memiliki tema merawat NKRI , merawat Indonesia. Kenduri Nusantara 2019 “Umbul Donga Larung Sukerto”, adalah rangkaian memanjatkan doa, dan melarung energi negatif ke lepas pantai dengan simbol kembar mayang dan dua ekor bebek yang dilarungkan.
Acara ini merupakan doa bersama yang dilakukan untuk memohon keselamatan nusa dan bangsa Indonesia. Acara yang dilakukan di TPI Banyutowo, Pati kemarin memiliki dress code pakaian tradisional berupa Jarik, Surjan, dan Sarung.
Acara dibuka dengan Tari Gambyong, dilanjutkan dengan kata sambutan dari Bapak Ipong Ismunarto, Tausiyah oleh Gus Umar, Larungan, Kembulan dan Tari penutupan – Tari Tayub.
Kenduri Nusantara ini merupakan inisiatif masyarakat dan dilaksanakan swadaya masyarakat Kota Pati atas kepedulian terhadap situasi Bangsa , berbentuk Umbul Donga, memanjatkan doa bersama untuk keselamatan negeri.
Kenduri Nusantara adalah gerakan budaya, bukan gerakan salah satu agama. Tujuannya adalah mengajak masyarakat, khususnya kaum milenial untuk lebih mengenal nilai budaya.
… _Indonesia pusaka__Indonesia tercinta__Nusa bangsa__dan bahasa__Kita bela bersama_…
Lagu ini pasti tidak asing untuk kita rakyat Indonesia, untuk kembali selalu mengingatkan kita terus bersama dan wajib kita bela saat ada ancaman terhadap bangsa ini.
Segala perbedaan yang ada dan keberagaman ini wajib kita jaga, agar bisa hidup berdampingan dan harmonis.
Warga Pati, terinspirasi dengan apa yang telah dilakukan oleh warga Solo melalui DOA ANAK NEGERI yang dilaksanakan di minggu lalu. Kegelisahan yang sama dengan saudara-saudara di Solo Raya, menjadi alasan Kenduri Nusantara 2019 di Pati dilaksanakan.
Doa Anak Negeri di Solo telah membagunkan kesadaran warga Pati, bahwa mereka memiliki tanggungjawab yang sama untuk menyelamatkan bangsa.
Berkumpul dan bersatu, untuk menyatakan tekad untuk terus merawat NKRI dan menjaga Indonesia, memanjatkan doa, memohon keselamatan negeri menjadikan masyarakat Pati mengadakan Umbul Donga Larung Sukerto.
Ritual ini sudah berlangsung turun temurun dengan harapan, warga Pati yang sebagiannya adalah nelayan menghaturkan syukur atas apa yang sudah Tuhan berikan melalui hasil lautnya dan menjaganya hingga akhir hayat.
Bukan sekedar tradisi, tapi perwujudan tekad sebagai masyarakat Pati yang tak ingin melihat Indonesia mengalami masa sulit, akibat rakyat Indonesia terkotak-kotak hanya karena sebuah perbedaan.
Umbul Donga Larung Sukerto Merawat NKRI Menjaga Indonesia ini telah berlangsung tadi siang Sabtu Pon, 9 Maret 2019, mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai.
Acara yang dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan Banyutowo, Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati.
Larung Sukerto adalah simbol untuk melarung atau membuang hal negatif atau tindak tanduk yang mengancam bangsa Indonesia.
Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu (Wikipedia).
Ritual Tumpengan Merah Putih kini selalu ada di setiap acara KENDURI NUSANTARA, sebagai
bentuk kecintaan masyarakat kepada NKRI dan juga sebagai ritual dimana masyarakat Pati berharap dan berdoa untuk keselamatan Negeri ini.
Kehangatan makan bersama dan pelestarian budaya merupakan wujud bahwa masyarakat sangat cinta akan kerukunan dan kedamaian.
Oleh karenanya janganlah kita terpecah oleh karena perbedaan pilihan, bersatulah.
Tumpeng merah putih menjadi simbol semangat masyarakat Pati, simbol kecintaan pada NKRI.
Harapannya ini tak hanya berhenti di Solo dan Pati saja, karena Inilah saatnya untuk menyatukan kembali kerukunan. Merangkainya menjadi satu yang menegaskan bahwa perbedaan itu adalah harmonisasi kehidupan.
Ref :
Penyelenggara Kenduri Nusantara 2019 – Umbul Donga Larung Sukerto* Ipong Ismunarto