Hipertensi merupakan penyakit yang sering saya dengar, bahkan kadang bisa menjadi penyebab kematian bagi seseorang. Sebagai orang yang awam akan hipertensi, ternyata kita wajib mengetahui mengenai penyakit ini karena bisa menjadi pemicu munculnya penyakit lainnya yang tidak baik bagi kesehatan tubuh.

HARI HIPERTENSI DUNIA 2019

Memperingati Hari Hipertensi Dunia 2019  hadir Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes , Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes , Perhimpunan Hipertensi Indonesia dan _dr. Lusiani, SpPD,K-KV,FINASIM dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia.

Hari Hipertensi Dunia yaitu  17 Mei 2019  bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa hipertensi itu bisa  dicegah dan diobati.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan yang penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk cek kesehatan.

”Kita tumbuhkan kesadaran diri kita semua untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi,” ajaknya.

Mulai Mei Juni 2019 bekerja sama dengan organisasi profesi seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), dan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI) akan dilakukan ”Bulan Pengukuran Tekanan Darah”  , sosialisasi dan diseminasi informasi tentang Hipertensi melalui berbagai media cetak, elektronik, dan media tradisional serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan mengenai Hipertensi.

MENGENAL HIPERTENSI

Hipertensi merupakan pembunuh  diam-diam yang bisa mengakibatkan kematian, yaitu suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >/ 140 mm/Hg dan atau tekanan darah diastolik >/ 90 mm/Hg.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menderita  hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlahnya  terus meningkat setiap tahunnya , 30-45 % pada orang dewasa, dan 60% pada usia > 60 thn.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi  jumlahnya  semakin meningkat jika dibandingkan data  2013.  Usianya pun ada yang  18 tahun (34,1%), Kalimantan Selatan (44.1%), Papua  (22,2%). Hipertensi terjadi di usia 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Dari prevalensi hipertensi  34,1% , 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat ,  32,3% tidak rutin minum obat.

Terlihat bahwa  sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

FAKTOR RESIKO HIPERTENSI
Bertambahnya usia, riwayat keluarga dengan hipertensi, konsumsi alkohol, merokok, obesitas, konsumsi tinggi garam, dan jarang olah raga menjadi pemicu sesorang terkena Hipertensi.
Hipertensi bisa disebut primer jika tidak diketahui  sebabnya dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi ternyata ada klasifikasinya, mulai dari optimal sampai sistolik terisolasi.
DETEKSI DINI HIPERTENSI
Hipertensi tidak bergejala, semua orang dewasa (> 18  thn) harus memeriksakan tekanan darahnya.
TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Sakit kepala,pusing berputar, nyeri dada, mimisan, pengelihatan berkunang-kunang, mudah lelah, kesemutan pada tangan dan kaki.
CEK TENSI
TD OPTIMAL <120/80 : ukur setiap 5 thn
TD Normal  120-129/80-84 : ukut TD setiap 3 thn
TD Normal Tinggi  130-139/85-89 : Ukur TD setiap tahun (ukurTD di rumah, ABPM atau HBPM)
Hipertensi  >/140/90  : kontrol ulang di klinik, dan (ukurTD di rumah, ABPM atau HBPM)
ABPM : ukur tekanan darah selama 24 jam termasuk saat tidur
HBPM : pengukuran tekanan darah sendiri oleh pasien di rumah / ditempat lain di luar klinik.
ABPM
Pemantauan Tekanan Darah Ambulatori (Ambulatory Blood Pressure Monitoring/ABPM) adalah pengukuran tekanan darah  ketika berkegiatan, dan melakukan kehidupan normal sehari-hari dan saat tidur.
Pemantauan ini biasanya dilakukan selama 24 jam, alat terprogram merekam TD setiap 15-30 menit.
Pemantauan ini menggunakan mesin tekanan darah digital berukuran kecil yang dipasang ke sabuk yang melingkari tubuh Anda yang terhubung ke manset yang dilingkarkan ke lengan atas.
HBPM

Home Blood Pressure Monitoring atau pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan di rumah. Lakukanlah secara rutin, disarankan untuk pertama kali pemeriksaan, dilakukan di kedua lengan, baik kanan maupun kiri, untuk pemeriksaan selanjutnya, lakukanlah di lengan dengan variabel tertinggi dari pemeriksaan awal.

  • Pengukuran selama 3 hari (6-7 kali/hari ) sebelum jadwal kunjungan ke klinik
  • Lakukan dengan posisi duduk, kaki menapak ke bawah, punggung bersandar di kursi atau dinding, lengam diletakan pada permukaan yang datar
  • Dilakukan di ruangan yang sunyi, sebelumnya istirahat 5 menit
  • Dua kali pengukuran, dengan jarak 1-2 menit
  • Pengukuran pada pagi hari  (1 jam setelah bangun tidur, telah buang air kecil, sebelum sarapan, dan sebelum minum obat dan malam hari sebelum tidur
PENGENDALIAN HIPERTENSI
Diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)  2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur.
Berdasarkan DAILYs , tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula.
Untuk faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi,
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.
Menurut  International Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan pun  menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.

Ternyata penyebabnya karena banyak yang tidak minum obat, dengan alasan karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Hipertensi dikenal dengan  the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau  dirinya menderita hipertensi dan baru tahu setelah terjadi komplikasi.
Hipertensi bisa mengakibatkan kerusakan organ , tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Dokter dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia Dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH,FINASIM mengatakan tekanan darah merupakan penyebab utama kematian di dunia tapi juga menjadi beban utama sehingga ini menjadi masalah global. ”Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan dirusak oleh hipertensi seperti otak,” ujarnya.
Organ-organ tubuh yang menjadi target diantaranya  otak, mata, jantung, ginjal, dan bisa berakibat ke pembuluh darah arteri perifer.
CEGAH HIPERTENSI DENGAN GAYA HIDUP SEHAT
Hipertensi bisa kita cegah dengan tidak  merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres.
Upaya yang telah dilakukan untuk  pencegahan dan pengendalian Hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian Hipertensi dengan perilaku CERDIK dan PATUH; meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi dengan Self Awareness melalui pengukuran tekanan darah secara rutin di masyarakat ; dan penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi.
Lakukan cek tekanan darah, cek kadar gula darah, cek kolesterol, tes darah lengkap di Lab, cek lingkar perut, dan deteksi dini kanker leher rahim. Kurangi berat badan, latihan teratur, diet sehat, kurangi garam, kurangi alkohol, berhenti merokok, kurangi kafein, kurangi stress, monitor tekanandarah dan konsultasi ke dokter teratur.
Upaya juga telah dilakukan pemerintah misalnya  meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatah Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan.
Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM, 5) Pemberdayaan masyarakat untuk  deteksi dini dan monitoring faktor risiko hipertensi melalui Posbindu PTM yang diadakan di masyarakat, di tempat kerja dan institusi adalah salah satu upaya pencegahan komplikasi Hipertensi khususnya Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di FKTP menggunakan Carta Prediksi Risiko yang di adopsi dari WHO.
Kementerian Kesehatan mengajak  semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk  :
a) Berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi.
b) Menerapkan Hidup Sehat yang dimulai dari keluarga,
c) Mengendalikan faktor risiko hipertensi dengan deteksi dini dan modifikasi gaya hidup denan menerapkan perilaku CERDIK dan mengendalikan hipertensi dengan perilaku PATUH.
CEGAH HIPERTENSI

Cek kesehatan secara berkala
Enyahkan asap rokok
Rajin aktivitas fisik
Diet sehat dengan kalori seimbang
Istirahat yang cukup
Kelola stres

BAHAYA HIPERTENSI

Hipertensi bisa mengakibatkan gangguan pengelihatan sampai kebutaan, penyakit jantung koroner, pembesaran jantung kiri, gagal jatung, stroke, penyakit ginjal kronik ( gagal ginjal) dan penyakit pembuluh darah perifer.

KENDALIKAN HIPERTENSI :

HIpertensi bisa kendalikan dengan cara lakukan pemeriksaan rutin dan ikuti anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, lakukan diet dengan gizi seimbang, lakukan aktivitas fisik dengan aman, hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.

Untuk langkah awal, yuk lakukan upaya  mencegah dan mengendalikan hipertensi, dengan melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala , karena  hipertensi dapat dicegah dan diobati.

Dengan cegah hipertensi tekanan darah terkotrol, dan kita bisa selamat
KOMPLIKASI HIPERTENSI

Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi.

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) adalah  masalah kesehatan utama di negara maju/negara berkembang. Hipertensi adalah penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.
”Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes.
Dok foto Dok : versatileshuf.tk