Memiliki jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, saat ini bukan mimpi lagi. Dengan hadirnya program pemerintah dalam bidang kesehatan tentunya merupakan angin segar bagi masyarakat, walapun saat ini diawal penggunaannya masih banyak yang harus terus ditingkatkan.

Dompet Dhuafa beberapa waktu lalu mengadakan Diskusi Kesehatan  mengenai Pemberdayaan Kesehatan ala Dompet Dhuafa Menuju Indonesia Universal Health Coverage 2018.

Diskusi publik kesehatan ini merupakan forum yang  ketiga yang diselenggarakan bersama Dompet Dhuafa dengan kolaborasi lembaga think thank IDEAS dan IMZ DD University dalam rangka membahas berbagai isu kekinian.

Forum kali ini,hadir bapak Chandra Nurcahyo, Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Faskes Primer yang mewakili BPJS Kesehatan, serta dr. Prasetyo Widi Buwono Sp.PD – KHOM. , Wakil Sekjen PB IDI.

Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS memaparkan beberapa hal mengenai kesenjangan dan kemiskinan di Indonesia  yang penting untuk diperhatikan :

  • Kesehatan dan lingkaran kemiskinan
  • Kesenjangan konsumsi makanan
  • Pendapatan dan konsumsi
  • Ruang Intervensi kesehatan
  • Konsumsi rokok dan kesehatan
  • Kesenjangan pendapatan dan kesehatan
  • Investasi layanan kesehatan dasar
  • Jaminan kesehatan ditengah kesenjangan
  • Kesenjangan di Jawa dan luar Jawa
  • Adanya hubungan antara akses kesehatan dengan kualitas dan ketersediaan layanan kesehatan

Intervensi Kesehatan Masyarakat dan Pola Hidup

Adanya Kesenkjangan dalam konsumsi makanan akan berdampak kepada  pada buruknya kualitas asupan gizi, yang dapat  menurunkan tingkat kecerdasan anak secara permanen. Kesehatan yang rendah dimasa kecil akan membawa pada status sosial ekonomi yang rendah saat  dewasa nanti, karena jalur kesehatan seseorang banyak terbentuk di masa kecilnya.

Sedangkan angka harapan hidup mencerminkan banyak kondisi seperti faktor genetik, jenis kelamin hingga ras. Namun faktor yang lebih dominan adalah kondisi sosial dan keamanan, serta tingkat kesejahteraan.

Jadi intervensi yang terjadi tidak terbatas dalam pengeluaran dan konsumsi makanan, namun juga dalam kualitas tempat tinggal dan lingkungan hidup, layanan kesehatan hingga pola makan
dan gaya hidup, seperti kebiasaan merokok yang sulit sekali dihilangkan sedangkan merokok itu sama saja dengan membakar uang.

Jaminan Kesehatan di Tengah Kesenjangan

Penyebaran penduduk yang sangat tidak merata, pemerataan layanan kesehatan akan berdampak pada konsentrasi pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat di daerah padat penduduk seperti Jawa.

Tenaga medis  dokter misalnya, masih terpusat di daerah padat penduduk saja, terutama kota-kota besar yang menawarkan kelengkapan fasilitas, serta karir dan pendapatan tinggi.

Sedangkan di sebagian daerah banyak puskesmas yang tidak memiliki dokter, ataupun tidak tersedia Puskesmas di beberapa daerah ungkap Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS.

Indonesia menargetkan pada akhir tahun 2019 seluruh penduduk mendapatkan jaminan kesehatan. Pemerintah pun telah mewajibkan seluruh warga negara menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Namun, ditengah itu kesiapan  layanan kesehatan masih belum merata dan belum mampu menjawab kebutuhan masyarakat atas akses layanan kesehatan yang bermutu.

Data Sistem Monitoring dan Evaluasi

Dewan Jaminan Sosial Nasional (Sismonev DJSN) pada September 2017, menunjukkan jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) baru mencapai 69,72%. Artinya, masih
terdapat 30,3% yang belum memiliki jaminan kesehatan. Rata-rata pertumbuhan jumlah peserta di tahun 2017, hanya sekitar 0,65%. Dengan angka pertumbuhan ini maka sampai akhir tahun 2019 pun hanya akan
mencapai 85,3% penduduk.

Peran Kesehatan Masyarakat dalam Menopang UHC di Indonesia

Peran tenaga kesehatan masyarakat sangat berperan dalam mengembangkan Sistem Kesehatan Nasional ini. UHC tidak hanya sebatas kuratif atau hospital based melainkan juga seluruh upaya kesehatan mulai
dari promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan palliative health.

Upaya promosi kesehatan dapat mengurangi angka kesakitan dan angka kematian, terutama bagi dhuafa yang secara tingkat pengetahuan dan kesadaran kesehatan masih sangat rendah.

Peran masyarakat saat ini  dapat menggerakkan masyarakat dan stakeholder terkait dalam rangka sinergi bersama. Seperti halnya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terkait dengan kesehatan lingkungan dimana memerlukan peran bersama, baik Dinas Kesehatan, Dinas Pemukiman, Bapeda, Desa, dengan komponen masyarakat dan NGO sebagai penggerak di masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan Kesehatan Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa adalah  lembaga yang concern dalam upaya memberikan solusi atas permasalahan kesenjangan akses kesehatan, Dompet Dhuafa telah membangun berbagai infrastruktur dan layanan kesehatan serta modal sosial kesehatan di beberapa kota mulai dari Aceh, Palembang, Makassar, Papua,
Kupang, serta 11 kota di pulau Jawa. Melalui variasi pemberdayaan kesehatan ini, diharapkan mampu membantu pemerintah dalam turut serta mewujudkan jaminan kesehatan di berbagai pelosok wilayah Indonesia.

“Layanan Kesehatan Cuma-Cuma sebagai salah satu pemberdayaan kesehatan Dompet Dhuafa telah mencapai jumlah penerima manfaat sebanyak 208.232 jiwa. Intervensi dalam program ini lebih banyak kepada aspek promosi dan preventif, hingga mencapai 61,29% sedangkan kuratif hanya 38,72%.
Hal ini tentu sesuai dengan semangat Indonesia Universal Health Coverage yang ke depan akan menitikberatkan pada kesehatan masyarakat.” tutur dr. Rosita Rivai, GM Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa.

Selain LKC, Dompet Dhuafa juga membangun model wakaf pemberdayaan kesehatan Rumah Sakit sebagai  bagian dari fokus upaya layanan kesehatan dan distribusi akses kesehatan yang lebih baik. Melalui mekanisme wakaf produktif, sejumlah 8 RS Dompet Dhuafa telah berjalan di berbagai daerah seperti Bogor, Lampung, Jakarta, Bekasi, Jawa Timur.