Melihat anak kita tumbuh cerdas, sehat, aktif dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya, pastinya adalah salah satu harapan orang tua di seluruh Indonesia.

Sebagai orang tua, kita harus memastikan asupan makanan mereka bisa terpenuhi setiap hari, diantaranya untuk mencegah resiko stunting, dan anemia.

Permasalahan gizi anak, tak pernah bosan untuk selalu dibahas karena masih terjadi di Indonesia karena kurang gizi bisa menyebabkan anemia yang bisa dialami juga oleh anak, yang akan berdampak pada kecerdasannya.

Memberikan makanan seimbang sejak dini,  bisa mencegah stunting. Pandemi yang hampir berjalan 1 tahun, pastinya menjadi tantangan bagi orang tua untuk selalui memenuhi kebutuhan gizi anak setiap harinya.

STUNTING & ANEMIA

Anemia menjadi perhatian khusus Peringatan Hari Gizi Nasional 2021, hal itu karena terjadi pada anak-anak, remaja, hingga ibu hamil dan dapat meningkatkan risiko anak stunting, Diharapkan melalui kegiatan ini, para orang tua tetap bisa memberikan pemenuhan gizi seimbang kepada anak agar daya tahan tubuh dan tumbuh kembang optimal, terutama di tengah masa pandemi ini – Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo

Anak yang menderita tantangan kesehatan seperti anemia dan stunting tidak dapat berkembang secara optimal karena hal tersebut bukan hanya menghambat fisik, namun juga kecerdasan.

Stunting adalah KONDISI GAGAL TUMBUH PADA ANAK BALITA (BAYI DI BAWAH LIMA TAHUN) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Balita pendek (stunted) dan sangat pendek(severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).

Anak yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal,  lebih rentan terhadap penyakit,  dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar kesenjangan , mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi, menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) , mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%.

Berdasarkan angka Riskesdas 2018, jumlah anak dengan status gizi pendek atau sangat pendek (stunting) sekitar 30.8%, lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO di bawah 20%. Tingkat kemiskinan yang melonjak 10,7%-11,6% selama pandemi, perkiraan tambahan 5 juta penduduk miskin baru, berpotensi menghambat akses anak-anak untuk mengkonsumsi pangan sesuai gizi seimbang.

Edukasi gizi seimbang di sekolah maupun di rumah menjadi tidak optimal semasa pandemi. Kondisi ini harus segera ditangani, karena akan berdampak buruk bagi negara, kualitas SDM dan  perekonomian.

Kementerian Kesehatan menargetkan angka stunting di Indonesia akan turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Karena itu dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Menurut Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Dr. Dhian Dipo,  pencegahan stunting masih menjadi fokus, di mana Pemerintah telah membuat strategi dengan berbagai program untuk menurunkan angka stunting hingga 14% pada 2024.

“Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,”.

“Kemenkes menyambut baik inisiatif pihak swasta dalam upaya mencegah stunting di Indonesia, misalnya sosialisasi program kampanye edukasi Isi Piringku. Edukasi gizi menjadi sangat penting karena diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang bergizi seimbang yang divisualisasikan dalam ISI PIRINGKU untuk sekali makan,” ujar Dhian Dipo.

Ir. Harris Iskandar, Ph.D., Widya Prada Ahli Utama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang memiliki peran penting dalam menunjang kualitas pendidikan anak di usia dini seperti di usia PAUD, terutama dalam masa pembelajaran jarak jauh (PJJ). “Adanya Pedoman Gizi Isi Piringku dapat menjadi salah satu solusi untuk mengedukasi masyarakat terkait aturan porsi dan jenis makanan apa saja yang dibutuhkan si kecil.

Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia mengatakan, sebagai mitra pemerintah dalam program penanggulangan stunting, Danone Indonesia membangun pengetahuan mendalam tentang kebiasaan makan dan minum bergizi seimbang melalui pembuatan buku panduan, pelatihan guru PAUD dan orang tua, maupun kegiatan edukatif untuk anak di rumah. “Selain itu, kami juga menyediakan produk bergizi yang dibuat khusus untuk membantu menjawab tantangan kebutuhan gizi pada anak. Contohnya adalah peluncuran SGM Eksplor Pro-gress Maxx yang dilengkapi dengan mikronutrien zat besi dan Vitamin C maupun Omega 3 & 6, Kalsium, Vitamin D, Vitamin B, dan lainnya,”.

FESTIVAL ISI PIRINGKU UPAYA DANONE CEGAH STUNTING

Danone Indonesia ikut serta dalam mengurangi angka stunting di Indonesia,  mendukung target pemerintah dengan menggelar Festival Isi Piringku, sebagai bagian dari peringatan Hari Gizi Nasional.

Danone Indonesia mengadakanFestival Isi Piringku untuk anak usia 4-6 tahun yang dilakukan secara online bertema “Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi seimbang Sejak Dini”. Mengajak ribuan guru, orang tua, dan anak-anak Indonesia untuk mendorong kebiasaan makan sehat pada anak usia 4-6 tahun di tengah masa pandemi.

Festival Isi Piringku adalah upaya untuk terus mengingatkan guru, orang tua, guru PAUD dan anak tentang pentingnya gizi seimbang sejak dini sebagai salah satu langkah penting pencegahan stunting.

Festival Isi Piringku untuk anak usia 4-6 tahun menjawab tantangan yang dihadapi orang tua maupun guru PAUD dalam membiasakan konsumsi pangan sesuai gizi seimbang pada anak, melalui berbagai kegiatan menarik seperti Lomba Foto Kreasi Menu Anak, Lomba Kreativitas Guru saat Belajar Daring, hingga Lomba Gerak dan Lagu Isi Piringku.

Festival Isi Piringku untuk anak usia 4-6 tahun adalah  salah satu kontribusi nyata dari Danone Indonesia dalam membantu pemerintah mensosialiasikan panduan ‘Isi Piringku’ agar masyarakat Indonesia semakin paham dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari sehari.

Festival ini juga bertujuan  mengedukasi ribuan guru dan anak Indonesia akan pentingnya gizi seimbang sejak dini  sebagai salah satu langkah penting pencegahan stunting. Orang tua tetap bisa memberikan pemenuhan gizi seimbang kepada anak agar daya tahan tubuh dan tumbuh kembang optimal.

Konsep Isi Piringku akan mendorong kita  untuk makan dengan gizi seimbang, dengan digambar secara visual agar mudah dikenali anak-anak maupun orang dewasa. Porsi dan jenis makanan yang ada dalam Isi Piringku juga disesuaikan dengan usia dan aktivitas.

Festival “Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi seimbang Sejak Dini” akan membangun pengetahuan mendalam mengenai kebiasaan makan dan minum bergizi seimbang melalui pembuatan buku panduan, pelatihan guru PAUD dan orang tua, maupun kegiatan edukatif untuk anak di rumah. – Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia

Sebelumnya, Danone Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Institut Pertanian Bogor (IPB) telah menyusun dan memproduksi buku edukasi “Isi Piringku” sebagai pedoman guru-guru PAUD untuk edukasi makan dan minum sekali saji bagi anak usia 4-6 tahun pada tahun 2017.

Adapun porsi Isi Piringku terdiri dari kombinasi 50% buah dan sayur, serta 50% karbohidrat dan protein; dengan pembagian sepertiga lauk dan dua pertiga karbohidrat. Panduan makan sehat tersebut tidak hanya membuat kenyang, tetapi juga memastikan tubuh sehat dan cukup gizi.

‘Isi Piringku’ merupakan bagian dari GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang dicetuskan oleh Kementerian Kesehatan sebagai pedoman pola hidup sehat dengan cara melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan dan menggunakan jamban, untuk menanggulangi meningkatnya angka Penyakit Tidak Menular di Indonesia.

Buku Panduan Isi Piringku

Pedoman Gizi Isi Piringku akan menjadi salah satu solusi untuk mengedukasi masyarakat terkait aturan porsi dan jenis makanan apa saja yang dibutuhkan anak Indonesia.

“Kedepannya, kami terus berkomitmen untuk melakukan berbagai inisiatif dan program yang dapat mendukung upaya pemerintah menurunkan angka stuting dan menghasilkan anak-anak Indonesia sebagai SDM yang berkualitas,” ujar Pak Karyanto.

Kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang memiliki peran penting dalam menunjang kualitas pendidikan anak di usia dini. “Seperti di usia PAUD, terutama dalam masa pembelajaran jarak jauh (PJJ),” – Ahli Utama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ir. Harris Iskandar, Ph.D., Widya Prada

“Buku yang telah dikembangkan bersama oleh IPB dan Danone Indonesia diharapkan dapat menjadi panduan orang tua dan guru PAUD untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak di rumah,” . – Ketua tim penyusun buku Isi Piringku 4-6 tahun dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi.

Kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang sangat penting untuk  menunjang pendidikan anak kita di usia pendidikan, apalagi saat pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Mulai sekarang, yuk mulai Isi Piringku dengan  kombinasi 50 persen buah dan sayur, serta 50 %  karbohidrat dan protein; 1/3 lauk dan 2/3 karbohidrat. Makan sehat dan  gizi tercukupi.

 

Ref :

www.tnp2k.go.id

Dok: semua SS by me