Stunting sudah sangat sering kita dengar beberapa tahun kebelakang, ternyata angkanya masih termasuk tinggi menurut WHO. Masalah gizi terutama gizi kurang atau stunting dan gizi lebih atau obesitas, masih terjadi di Indonesia sehingga dibutuhkan berbagai upaya yang harus dilakukan oleh seorang ibu mulai hamil dan setelah bayi lahir.
Webinar dengan Kemenkes pada 3 Februari 2022 lalu dengan tema Cegah Stuting Itu Penting dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional ke 62 , menghadirkan Dhian Dipo Direktur Gizi Masyarakat Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Hatipah Kunta, Ida Budi G Sadikin, drg. Kartini Rustandi, M.kes, Ninik Sukotjo | Nutrition Specialist UNICEF Indonesia.
Hari Gizi Nasional Indonesia diperingati setiap 25 Januari, peringatan Hari Gizi Nasional ke-62 mengangkat tema “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”, dengan latar belakang upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menghadapi tantangan akibat stunting dan obesitas. Tujuannya membangun masyarakat yang sehat melalui gizi seimbang, meningkatkan kepedulian dan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi dengan mengangkat tema “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 24,4%. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam rpjmn 2020-2024, yaitu 14%.
Hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang.
Anak dengan ketidakseimbangan gizi, akan mengalami kemampuan belajar yang kurang, anak rentan sakit, resiko diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah.
Masalah gizi stunting memiliki jangka pendek dan jangka panjang, saat anak stunting terjadi gagal tumbuh yang ditunjukkan dengan tinggi badan pendek dan perkembangan intelektual terhambat. Jangka panjang bisa menimbulkan gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung.
Perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik. Penerapan gizi seimbang dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang. “Saat ini memang kita berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi,” ujarDr. Dhian.
Dalam intervensi spesifik ada 6 intervensi yang dilakukan yaitu pertama promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA), kedua promosi dan konseling menyusui, ketiga pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, keempat pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A, kelima penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan, keenam tatalaksana gizi buruk.
“Intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu,” kata dr. Dhian.
Selain upaya pemerintah, peran keluarga terutama ibu berperan penting dalam mencegah anak stunting dan obesitas. Ibu memiliki peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir. Sebelum hamil, sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum hamil dan rutin melakukan pemeriksaan saat hamil.
Mencegah stunting sejak awal adalah jangan sampai penambahan berat badan ibu hamil tidak mencukupi. Jadi penambahan berat badan ibu hamil itu adalah faktor utama, bertambahnya usia kehamilan harus diiringi dengan bertambahnya berat badan.
Ketika bayi lahir, bertambah umur harus bertambah berat badan, pertambahan panjang atau tinggi badan, jika tidak bayi akan mengalami gangguan. Saat lahir, ibu harus memperhatikan berat badan bayi minimal di atas 2,5 kg, panjang badan di atas 47 cm. Wajib memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, lanjutkan sampai 23 bulan, MP ASI yang baik, jangan lupa jaga kesehatan bayi dan anak melalui imunisasi, kebersihan, stimulasi, kebiasaan baik makan sayur, buah, lauk pauk, dan protein tinggi.
Pangan yang terbukti mencegah stunting saat ibu hamil yaitu susu, telur, ikan, pangan hewani, dan lauk-pauk. Setelah bayi lahir adalah ASI eksklusif, susu pertumbuhan, telur, ikan, pangan hewani, lauk pauk, dan berbagai MP ASI diperkaya gizi.
STUNTING
Adalah adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, stimulasi yang tak memadai, menimbulkan masalah pada pertumbuhan yang menyebabkan tinggi badan sang anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari rata-rata teman-teman seusianya.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.
DAMPAK STUNTING
- Gagal tumbuh : berat lahir rendah, pendek, kurus, daya tahan rendah, mudah sakit, menurunkan produktivitas di masa depan
- Gangguan perkembangan kogntif dan motorik : mempengaruhi perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, kualitas SDM, anak dikhawatirkan tidak mampu bersaing
- Gangguan metabolisme tubuh : resiko obesitas dan penyakit tidak menular (diabetes, stroke, jantung)
CEGAH STUNTING
Pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini, mulai remaja dengan pemberian tablet Tambah darah, memenuhi ketercukupan gizi pada usia kehamilan ibu hamil, ASI eksklusif , pemantauan kondisi gizi anak , kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal agar tidak menimbulkan penyakit yang picu masalah pada ketercukupan gizi anak.
Kandungan gizi seimbang untuk ibu hamil atau sebelum bayi lahir, dianjurkan setiap kali makan adalah ikan minimal 4 kali seminggu dengan porsi minimal 75 gr – 100 gr, 1-2 butir telur sehari, susu, pangan hewani, dan lauk pauk.
Pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI, berbagai MP ASI, telur setelah 1 tahun 1 butir sehari, setelah 6 bulan antara setengah sampai satu butir telur sehari, kemudian diberi susu pertumbuhan, pangan hewani, dan lauk pauk.
PERILAKU GIZI SEIMBANG
- Konsumsi pangan beraneka ragam
- Rutin pantau berat badan
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Rutin lakukan aktivitas fisik
PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA) OPTIMAL UNTUK CEGAH STUNTING
Ninik Sukotjo | Nutrition Specialist UNICEF Indonesia menjelaskan mengenai PMBA yang penting dalam 1000 HPK, karena menurut data global stuting meningkat cepat di rentang usia 6-23 bulan. Kebutuhan gizi anak 0-23 bulan sangat tinggi karena periode pertumbuhan pesat, pertumbuhan otak hingga 75% ukuran otak dewasa, lebih dari 1 juta koneksi saraf dibentuk setiap detik, berat badan anak meningkat 4x lipat, tinggi badan meningkat hingga 75%.
Kurang gizi akan berdampak pada kualitas SDM di masa depan, karena tidak hanya membuat stunting tetapi menghambat kecerdasan, memicu penyakit , dan menurunkan produktivitas.
Rekomendasi WHO dan UNICEF : Standar Emas PMBA
- Inisiasi Menyusui Dini
- ASI eksklusif 6 bln pertama
- MPASI berkualitas saat bayi usia 6 bln
Pemberian MPASI jangan terlalu cepat sebelum 6 bln, karena meningkatkan resiko kontaminasi patogen dan mengganti pemberian ASI dengan nilai gizi tinggi. MPASI juga jangan terlambat karena membuat bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang.
- Menyusui sampai 2 thn atau lebih plus MPASI tepat dan berkualitas
Rekomendasi Praktek PMBA usia 6-23 bulan :
- ASI
- Protein hewani, buah dan sayur
- Densitas gizi (telur, daging)
- Keanekaragaman pangan (minimal 5 dari 8 kelompok pangan)
- Vitamin, suplemen (jika diperlukan)
- Hindari makanan dengan gizi rendah
- Hindari gula (dalam makanan dan minuman)
8 KELOMPOK PANGAN :
- ASI
- Biji-bijian, akar dan umbi-umbian
- Kacang-kacangan dan bji-bijian
- Turunan susu ( yoghurt, keju)
- Hewan (daging, ikan, ayam, hati,dll)
- Telur
- Buah, sayur mengandung Vitamin A
- Buah dan sayur lain
MASA PANDEMI MEMBUAT PENURUNAN ANGKA MENYUSUI
Karena adanya hoax, sehingga menimbulkan ketakutan untuk menyusui dan akhirnya stop memberi ASI, minimnya konseling karena PPKM dan social distancing, ibu dan nakes merasa teknik menyusui mudah dipahami dengan tatap muka dan tidak virtual, padahal IMD dan menyusui WHO/UNICEF menganjurkan dengan melakukan prokes tepat.
COVID-19 memperburuk kualitas asupan makanan baduta (6-23 bulan) dan anak usia 24-59 bulan :
- Rumah tangga mengurangi pembelian bagan mentah/pangan bergizi
- Kurangnya daya beli, akibatkan sedikit membeli protein hewani (daging, telur, kacang, buah, sayur)
- Masalah utama karena keterjangkauan
- Balita masih sering konsumsi makanan tidak sehat dan minuman berpemanis
INGAT UFREJUTEK VARES BERSIH
- Pemberian makanan pertama pada usia 6 bln
- Frekuensi makan sesuai usia
- Jumlah/porsi sesuai usia
- Tekstur sesuai usia
- Penyiapan, penyimpanan, pemberian makan secara aman
- Pemberian makan secara responsif dan pengasuhan
- Pemberian makan saat anak sakit dan sesudahnya
TANTANGAN DALAM PRAKTEK PEMBERIAN MPASI :
- Kurangnya keanekaragaman pangan
- Frekuensi pemberian MPASI rendah
- Konsumsi makanan kemasan tinggi GGL seperti ultra-processed food
- Konsumsi minuman berpemanis dan makanan gurih
- Makanan tinggi gula, garam, lemak trans dan jenuh : kue kering, keripik, minuman berpemanis termasuk jus) memberi energi namun kandungan gizi rendah.
PENTING
- Makanan tidak/minimal proses : sayur/buah segar, beku, padi-padian, kacang-kacangan, pasta kering/basah, telur, daging, ikan segar
- Bahan masakan terproses : gula,minyak, lemak, garam dari bahan pangan dan digunakan di dapur
- Pangan proses : produk kalengan,buah kering, daging diasinkan, keju rumahan, roti segar tidak dikemas
- Produk Ultra proses : minuman kemas, camilan kemasan, roti produk massal, makanan beku yang tidak mengandung bahan utuh.
PROGRAM NUTRIMENU
Adalah inisiatif dari salah satu brand Unilever sejak 2019, tujuannya memberikan edukasi dan membangun kebiasaan keluarga Indonesia dalam memasak dan mengonsumsi makanan yang lezat dan bergizi seimbang sesuai panduan Kemenkes “Isi Piringku”. Kelebihan program ini adalah lezat dan disukai anak, harga terjangkau, bernutrisi.
Gerakan 21 Hari NUTRIMENU : Periode waktu untuk membentuk pola kebiasaan. Panduan sesuai dengan konsep Isi Piringku, Masakan lezat bergizi sesuai isi piringku, 42 resep masakan (lauk pauk dan sayuur) mudah dipraktekan setiap hari, resep disusun oleh Chef dan nutrisionis dengan mempertimbangkan cita rasa, harga, dan kandungan gizi. Kandungan energi dan zat gizi telah dihitung di masing-masing resep.
- Mengatur jenis dan jumlah dalam 1 porsi makan
- Kerjasama Kemenkes, GerMas, IPB, Unilever
ISI PIRINGKU
- Separuh makanan pokok dan lauk pauk
- Separuh sayur dan buah-buahan
- Makanan pokok 2/3 dari setengah piring
- Buah 1/3 dari setengah piring
- Sayuran 1/3 dari setengah piring
JANGAN LUPA :
- Cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir sebelum makan
- Minum 8 gelas air sehari
- Lakukan akivitas fisik minimal 30 menit sehari
Jangan lupa untuk selalu konsumsi makanan dengan gizi seimbang secara rutin, buah dan sayur untuk imunitas, hindari makanan tinggi GGL, lakukan aktivitas fisik, pantau tumbuh kembang anak rutin di Posyandu, lakukan kegiatan menyenangkan bersama keluarga misalnya berkebun dan makan bersama, pnatau paparan dan keterlibatan anak terhadap makanan dan minuman yang tidak sehat. Yuk mulai promosikan pangan lokal seperti kembang kol, kentang, talas, jagung, sukun, ubi jalar, telur, singkong, kacang hijau, kacang kedelai., sorgum, talas, ganyong, gadung, gembili, garut, porang, hanjeli, hotong, pisang, sagu.
Ref : sehatnegeriku.kemenkes.go.id
Dok : SS by me