Atas kesempatan yang diberikan oleh Indonesian Social Blogprenuer, saya berkesempatan hadir mengikuti Peluncuran Seri Buku Toleransi Anak karya penulis Sekar Sosronegoro yang berjudul “Kitu, Kucing Kecil Bersuara Ganjil”.

Acara ini dipandu oleh Mas Sogi, dan dihadiri oleh Nia Dinata, Najelaa Shihab, Dira Sugandi, Suzy Hutomo, Nia Dinata dan Sekar Sostronegoro.

Tema toleransi bagi anak-anak diangkat oleh Sekar, dikarenakan masih terbatasnya buku cerita mengenai toleransi, sedangkan semangat dan toleransi penting untuk semua usia baik anak-anak maupun dewasa. Pengenalan sikap toleransi harus dimulai sejak dini dari keluarga di rumah.

Buku KITU ini dalam proses pembuatannya, melibatkan Mira Tulaar sebagai ilustrator dan Siti Nur Andini sebagai Editor, uniknya buku ini dikerjakan di 3 tempat yang berbeda, Sekar di Los Angles, Mira di Bali dan  Andini di Jakarta.

Melalui buku ini , Sekar ingin membantu mengenalkan konsep perbedaan dan keragaman kepada anak-anak sejak dini karena anak-anak yang terbuka terhadap perbedaan lebih memiliki kompetensi sosial.

Toleransi memang harus diajarkan disetiap kesempatan di kehidupan sehari-hari, Buku KITU dibuat untuk menjadi Conversation Starter. Melalui cerita yang relevan dan ringan dengan dunia anak, diharapkan KITU menjadi alat bantu orang tua memulai percakapan mengenai perbedaan dan keanekaragaman dengan si kecil.

Suzy Hutomo, Chairwoman dari Body Shop Indonesia, sangat peduli terhadap kegiatan positif atau kampanye-kampanye dengan tujuan baik. Menurutnya di era digital, dan informasi yang cepat dan bebas, toleransi menjadi penting dan memiliki tantangan baru.Sebagai seorang Ibu, bersama suami menanamkan toleransi pada anak  sebagai nilai utama dalam keanekaragaman di Indonesia.

Pada peluncurannya hari ini di @america, Pasific Place Jakarta, seri buku Toleransi juga mengadakan diskusi dengan tema “Our Chidren and Tolarance).

Toleransi menurut Najelaa Sihab toleransi sulit untuk didefinisikan, salah satu cara menunjukan toleransi dengan memahami definisi toleransi itu satu sama lain berbeda. Toleransi memahami orang lain itu juga mungkin benar, kebenaran dalam arti sangat luas misalnya makanan yang disuka, pemahaman terhadap agama dan yang lainnya.

Menurut Dira Sugandi Toleransi menerima, menghargai, menghormati orang lain yang berbeda dengan kita. Misalnya pemikiran, selera baju, keyakinan dan yang lainnya.

Menurut Suzy Toleransi menerima, menghormati dan merayakan perbedaan itu.Dunia penuh penuh perbedaan, perbedaan menjadikan sesuatu semakin memperkaya,kita mencari sesuatu yang berbeda tanpa mempengaruhi kepercayaan kita.

Secara naluriah kita mencari sesuatu yang sama,agar dapat aman dan tidak merasa berbeda dengan yang lainnya. Toleransi penting diajarkan sejak dini,menurut Bu Ela berada di tengah perbedaan itu memang sangat tidak nyaman, kita biasanya mencari yang sama, paling sederhana. Sangat penting untuk mendapatkan pemahaman dan pengalaman mengenai toleransi. Kalau hanya pemahaman saja tanpa mengalami mengenai adanya perbedaan. Seberapa terdidik seseorang melalui pendidikan yang baik, itu akan sangat mempengaruhi bagaimana orang menghadapi perbedaan dengan lebih terbuka.

Ibu sangat berperan dalam mengenalkan anak kepada lingkungan yang berbeda dan bukan selalu yang homogen, sehingga anak akan mengenal adanya perbedaan di sekitarnya, baik lingkungan maupun orang lain.

Anak merupakan observer yang sangat baik,mereka bisa dengan cepat mengamati jika adanya suatu perbedaan di sekitarnya. tapi mereka adalah bad interpreter, sehingga dibutuhkan orang dewasa untuk menginterpretasikan dunia kepada anak anak. Kita harus memastikan bahwa kita telah memberikan interpretasi dunia yang kita berikan adlaah yang menghargai dan merayakan perbedaan pada anak. jangan sampai kita menguatkan ketakutan ketakutan dan rasa tidak nyaman pada anak.

Menurut Sogi terkadang orang takut akan perbedaan yang berbeda, merasa dirinya berbeda dengan orang lain dan akhirnya muncul rasa tidak percaya diri.

Menurut Sekar di kehidupan dalam menerima informasi dengan cepat dan efisien  kita sering membuat pengkategorian untuk mempermudah dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak disadari kita senang dengan hal-hal yang familiar dengan kita untuk mempermudah segala sesuatu, hal tersebut bisa membuat kita takut menghadapi perbedaan.

Dalam acara ini juga diramaikan oleh games, dan yang unik game nya adalah mencari persamaan pada kedua gambar dan bukan perbedaan. Peserta yang ikut banyak yang berfokus pada perbedaan gambar. Hal tersebut menunjukan bahwa kita terkadang selalu mencari perbedaan dibandingkan persamaan yang ada.

Ditengah acara, diputarkan juga bagaimana proses buku ini dibuat sampai dengan selesai.

Buku KITU diharapkan menjadi media untuk mengenalkan toleransi pada anak. menjadi orang tua harus banyak belajar dan un-learn banyak hal, harus terus belajar hal baru tapi terkadang harus meninggalkan sesuatu hal yang sudah diajarkan kepada kita puluhan tahun.

Najelaa Shihab juga mengatakan anak terkadang tidak butuh jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya tidak kita duga dan kita sebagai orang tua bingung untuk cara menjawab dan menjelaskannya. Anak terkadang hanya butuh konfirmasi atas sesuatu yang dia tanyakan atau simpulkan menurut pemikirannya.

Cara membangun empati pada anak harus selalu diajarkan dalam keseharian mulai dari hal kecil,dan sebagai orang tua kita harus menjadi contoh bagi anak.

Sekar mengatakan akan diluncurkan kembali seri-seri yang topiknya mengangkat toleransi perbedaan. buku baru akan hadir setiap 3 sampai 6 bulan. Buku seri pertama ini mengajarkan mengakui adanya perbedaan dan menerimanya. Mungkin kedepannya akan membahas prasangka, dikriminasi di level pemahaman anak anak.

Najelaa Shihab pada kesempatan kali ini memberikan tips saat setelah mendongeng untuk anak adalah biarkan mereka mengeluarkan pendapat mengenai kesimpulan setiap cerita yang dibacakan.

Buku KITU memiliki format paperback 32 halaman yang diterbitkan oleh Penerebit Buah Hati. Buku ini bercerita mengenai Kucing kecil yang baru  pindah rumah. KITU  saat ini sudah dapat mulai dibeli sejak 20 Juli 2017 di Gramedia, Gunung Agung,  TM Bookstore, Togomas, toko-baca.com, bukukita.com dan Tokopedia.

Instagram : @bukutoleransi

Twitter : Buku Toleransi